PBB Resmi Nyatakan Gaza Alami Kelaparan: Tragedi Kemanusiaan Pertama di Timur Tengah

  • Bagikan
Ibu di Palestina bernama Hidaya (31) menggendong anaknya yang sakit, Mohammed Al Mutawaq (1,5) yang menderita kekurangan gizi akibat bencana kelaparan di Gaza, ketika berada di tenda pengungsian Al Shati, barat Kota Gaza, 24 Juli 2025.(AFP/OMAR AL QATTAA)

Jenewa – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi menyatakan Gaza tengah dilanda kelaparan, sebuah tragedi kemanusiaan pertama yang tercatat di kawasan Timur Tengah. Pernyataan itu disampaikan Jumat (22/8/2025) oleh Koordinator Bantuan Darurat PBB, Tom Fletcher.

“Ini adalah kelaparan. Kelaparan Gaza,” tegas Fletcher, seraya menuding Israel melakukan “penghalangan sistematis” terhadap distribusi bantuan kemanusiaan ke wilayah Palestina yang porak-poranda akibat perang.

Israel Bantah, PBB Tegaskan Data Sahih

Deklarasi tersebut sontak memicu reaksi keras dari Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut laporan yang didukung PBB itu sebagai “dusta terang-terangan”. Kementerian Luar Negeri Israel menambahkan, “Tidak ada kelaparan di Gaza.”

Namun, temuan itu ditegaskan oleh Integrated Food Security Phase Classification Initiative (IPC), lembaga pemantau krisis pangan yang bekerja sama dengan PBB. Menurut IPC, sejak 15 Agustus 2025, Gaza telah masuk kategori IPC Fase 5 atau kelaparan.

BACA JUGA :   Gunung Es Raksasa Mulai Terpecah, Ilmuwan Waspadai Dampaknya bagi Lautan

Klasifikasi kelaparan ditetapkan bila:

  • 20% rumah tangga mengalami kekurangan makanan ekstrem,
  • 30% anak di bawah lima tahun menderita malnutrisi akut,
  • dan sedikitnya dua dari 10.000 orang meninggal setiap hari akibat kelaparan atau kombinasi malnutrisi dan penyakit.

“Lebih dari setengah juta warga Gaza menghadapi kondisi katastropik: kelaparan, kemiskinan ekstrem, dan ancaman kematian,” tulis laporan IPC. Angka itu diperkirakan meningkat menjadi 641 ribu orang di wilayah Deir el-Balah dan Khan Yunis pada akhir September.

Kelaparan Buatan Manusia

Fletcher menegaskan, krisis ini bukan bencana alam, melainkan sepenuhnya buatan manusia. Eskalasi konflik sejak Juli, pengungsian massal sejak Maret, dan terbatasnya akses bantuan disebut sebagai pemicu utama.

BACA JUGA :   Protes Besar Nepal: Bendera Bajak Laut ‘One Piece’ Jadi Simbol Perlawanan

“Ini kelaparan yang sebenarnya bisa dicegah. Namun makanan menumpuk di perbatasan karena penghalangan sistematis oleh Israel,” ujarnya.

Kepala HAM PBB, Volker Turk, bahkan menyebut penggunaan kelaparan sebagai senjata perang sebagai bentuk kejahatan perang.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan gencatan senjata segera serta akses kemanusiaan penuh ke Gaza.

Anak-anak Jadi Korban Terparah

Kondisi anak-anak di Gaza disebut paling memprihatinkan. Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, mengungkap lebih dari 12 ribu anak menderita malnutrisi akut pada Juli—naik enam kali lipat dibanding Januari.

“Tanda-tandanya jelas: anak-anak terlalu lemah untuk menangis atau makan, bayi meninggal akibat kelaparan dan penyakit yang seharusnya bisa dicegah,” kata Russell.

Laporan IPC menambahkan, 98 persen lahan pertanian Gaza rusak atau tak bisa diakses, populasi ternak habis, dan aktivitas perikanan dihentikan. Sistem pangan lokal praktis runtuh.

BACA JUGA :   THR dan TPK Sudah Cair, Pj Walikota : Jangan Lupa Zakat

Israel Klaim Ada Bantuan, PBB Tegaskan Standar

Meski begitu, Israel bersikeras telah mengizinkan “arus bantuan besar-besaran” masuk ke Gaza. Badan pertahanan Israel, COGAT, menuding penulis laporan kelaparan menggunakan “data parsial”.

Namun, Jean-Martin Bauer, Direktur Analisis Keamanan Pangan Program Pangan Dunia (WFP), menegaskan bahwa IPC memiliki “standar internasional tertinggi” dalam menilai krisis pangan.

Bencana Kemanusiaan yang Bisa Dicegah

Deklarasi kelaparan di Gaza menandai babak kelam baru dalam sejarah Timur Tengah. Bagi lembaga kemanusiaan internasional, tragedi ini bukan hanya sekadar angka, melainkan peringatan keras tentang bagaimana konflik dan blokade bisa menghancurkan hak paling mendasar: hak untuk hidup.*

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses