JAKARTA — Militer Amerika Serikat mengumumkan bahwa kapal induk USS Gerald R. Ford telah memasuki Laut Karibia pada Minggu (16/11) untuk memperkuat operasi pemberantasan narkotika di kawasan tersebut. Langkah itu memicu spekulasi baru mengenai kemungkinan campur tangan militer Washington terhadap pemerintahan Presiden Venezuela Nicolás Maduro.
Komando Selatan Amerika Serikat (SOUTHCOM), yang membawahi operasi militer AS di Amerika Latin dan Karibia, menyatakan kehadiran kelompok tempur kapal induk tersebut sejalan dengan instruksi Gedung Putih untuk memperluas operasi anti-narkoba.
“Arahan ini bertujuan membongkar organisasi kriminal transnasional dan menanggulangi terorisme narkotika demi pertahanan Tanah Air,” demikian pernyataan SOUTHCOM, dikutip AFP.
Kekuatan Tempur Besar di Karibia
Kelompok tempur yang digerakkan AS tersebut mencakup kapal induk tercanggih milik AS, dua kapal perusak berpeluru kendali, serta sejumlah kapal dan pesawat pendukung. Mereka bergabung dengan armada lain yang telah lebih dulu beroperasi dalam misi bernama Operasi Tombak Selatan.
Menurut SOUTHCOM, sehari sebelum kedatangan kapal induk itu, terjadi serangan di Pasifik bagian timur yang menewaskan tiga tersangka penyelundup narkoba. Sejak operasi anti-narkoba dimulai pada September lalu, AS menyatakan telah menewaskan 83 orang yang diduga terlibat perdagangan narkoba di perairan internasional.
Namun sejauh ini, Washington belum mempublikasikan bukti yang menunjukkan siapa saja target serangan tersebut, baik di Karibia maupun Pasifik. Para pengamat menilai operasi itu rawan menjadi praktik pembunuhan di luar proses hukum, meski menyasar jaringan penyelundupan narkotika.
Venezuela Anggap Ancaman Langsung
Di sisi lain, pemerintah Venezuela memandang pengerahan militer skala besar itu sebagai ancaman terhadap kedaulatan negara. AS sendiri tidak mengakui Nicolás Maduro sebagai pemimpin sah Venezuela, dan sebelumnya menawarkan hadiah US$50 juta (sekitar Rp838 miliar) bagi siapa pun yang berhasil menangkapnya atas tuduhan perdagangan narkoba.
Peningkatan aktivitas militer tersebut juga terjadi seiring pernyataan Presiden Donald Trump yang mengaku sedang membahas sejumlah opsi terkait Venezuela bersama para penasihat militernya.
“Saya tidak bisa menjelaskan lebih jauh, tetapi kami membuat banyak kemajuan dalam menghentikan aliran narkoba dari Venezuela,” ujar Trump saat berada di pesawat kepresidenan, Air Force One.
Meski demikian, Trump sebelumnya mengatakan kepada CBS News bahwa ia meragukan kemungkinan AS terlibat perang langsung dengan Venezuela, kendati ia yakin masa kekuasaan Maduro “akan segera berakhir”.
Latihan Militer di Trinidad dan Tobago
Selain pengerahan kapal induk, AS juga memperluas kehadiran militernya di Trinidad dan Tobago, negara kepulauan yang terletak dekat pesisir Venezuela. Pasukan kedua negara dijadwalkan memulai latihan bersama pada Minggu (16/11), yang menjadi latihan kedua dalam kurun waktu kurang dari satu bulan.
Maduro mengecam latihan tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan yang “tidak bertanggung jawab”.*
















