DimensiNews.co.id HALMAHERA TENGAH – Pemkab Halteng Kembali Menduduki Sejarah dan Budaya Fagogoru Yang Hilang sehingga Rabu, (28/3/2018) menggelar Seminar Nasional Fagogoru yang bertema “Meletakkan Sejarah dan Kebudayaan Fagogoru Dalam Bingkai Keindonesiaan”.
Kegiatan Seminar Nasional Fagogoru tersebut bertempat di Aula kantor Bupati di Bukit Loiteglas dalam rangka berusaha untuk menghidupkan kembali Sejarah dan budaya Fagogoru yang selama ini hanya dijadikan sebagai cerita usang. Namun masyarakat dengan sadar telah melekatkan falsafah ini menjadi panduan hidupnya bahwa sejarah dan budaya bila kita menggali terus-menerus maka semua ini akan sia-sia alias nyaris hilang dalam ingatan dan literasi yang ada ditengah masyarakat.
Kemudian dipopulerkan dengan sebutan Tiga Negeri yang masyarakatnya berada disemenanjung pulau Halmahera bagian timur yang secara administratif berada di tiga Kabupaten yakni Halmahera Timur dan Halmahera Tengah serta sebagian di Halmahera Selatan.
Seminar Nasional Fagogoru ini baru pertama diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Halmahera Tengah dan dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Panitia Seminar Nasional Fagogoru Pemkab Halteng, Hairudildin Amir dalam laporannya. Dihadapan para undangan kegiatan ini tidak menutup kemungkinan akan diselenggarakan setiap tahun dan di tempat yang berbeda di bumi fagogoru,” katanya.
Kita semua menyadari, bahwa dewasa ini pemahaman akan sejarah dan nilai-nilai kebudayaan suatu daerah dan bangsa sudah mulai memudar. Khususnya para pemuda,
mereka lebih cenderung meniru budaya-budaya luar dari pada budaya asli kita sendiri.
Untuk itu agar tidak kehilangan akan rasa cinta dan bangga pada budaya sendiri marilah satukan pemahaman sejarah dan budaya masyarakat Gamrange yang terkandung dalam nilai-nilai falsafah fagogoru ini agar tidak hanya pada factor budaya kita yang kuno, mononton dan membosankan. akan tetapi, rasa itu hilang karena ketidaktahuan mereka akan sejarah dan nilai-nilai budaya yang dimiliki, disebabkan karena sejarah dan kebudayaan negeri ini seakan tak bertuan, tidak terawat, dan tidak dikembangkan oleh pihak-pihak yang berkompeten.
Nasib sejarah dan budaya masyarakat jazirah Gamrange serta nilai-nilai kebudayaan sangat tergantung kepada kemampuan penalaran, skill, dan manajemen masyarakat, khususnya kaum muda sebagai generasi penerus,” ucapnya.
Namun, sangat disayangkan sampai dengan saat ini, obyek sejarah dan kebudayaan masyarakat Gamrange masih mengalami krisis dari kemajuan,” paparnya.
Sementara Wakil Bupati Abd Rahim Odeyani dalam sambutannya menyampaikan bahwa alasan kenapa Seminar Nasional Fagogoru ini menjadi salah satu agenda prioritas Pemda Halteng untuk mengutamakan Fagogoru sebagai fondasi dasar dalam setiap perumusan kebijakan pembangunan. Karena sudah sekian tahun berjalan setelah Negeri ini dimekarkan melalui proses perjuangan politik yang panjang, sudah seharusnya hasil perjuangan itu dapat dinikmati oleh semua komponen masyarakat Fagogoru yang ada diwilayah ini,” tandasnya.
Fagogoru tidak membenarkan Pemerintah dalam melaksanakan tugas memilah-milah dalam melayani rakyatnya apa lagi tidak melayani sama sekali karena berbeda dalam sikap politik. Pemerintah harus hadir ditengah-tengah kehidupan masyarakatnya.
Pemda juga komitmen untuk mendokumentasikan kembali sejarah dan budaya Fagogoru sebagai modal sosial yang harus ditumbuh kembangkan dalam kehidupan sosial masyarakat Halteng. Karena kita ketahui bersama Fagogoru mengandung empat dimensi nilai utama yakni Ngaku Rasai, Budi Bahasa, Sopan Hormat, Takut dan Malu.
Dimensi nilai inilah seharusnya menjadi basis untuk penguatan integrasi sosial masyarakat Maba, Patani dan Weda. Sebab, jika diamati benar lambat laun dimensi nilai dalam kehidupan sosial Halteng makin melemah akibat faktor-faktor eksternal yang mempengaruhinya.
Laporan Reporter : Ode
Editor. : Red DN