“Mulai masuk kelas 1 SMP dia mau sunat karena malu diejek teman. Waktu itu ada sunat massal, dia mau minta sunat sama alm bapak aku. Dan sampai disitu kata pak dokter ini tidak bisa disunat ini belum tau kejadiannya bagaimana, terus dia nangis dan kabur. Dia bilang kalau tidak bisa sunat aku berhenti sekolah,”cetusnya.
Saat dikonfirmasi langsung, Rahmat berharap bisa operasi kelamin agar menjadi jelas identitas dirinya. Sehingga ia tidak lagi kebingungan dan frustasi dalam menjalani kehidupannya.
“Saya berharap bisa tau kejelasan diri saya ini siapa laki-laki apa perempuan dan saya ingin menjadi laki laki. Saya berharap ada bantuan sukarelawan untuk biaya operasi,” ujar Rahmat sambil meneteskan air mata.
Karena kondisi keluarga Rahmat tak mampu, salah seorang warga bernama Abu Yazid mencoba membantu dan Rahmat berobat. Rencananya Rahmat akan segera dioperasi.
“Saya sudah membawa Rahmat ke dokter untuk memeriksa kondisi Rahmat. Saat ditangani dokter bedah, dia dianjurkan untuk dibawa ke Rumah Sakit Raden Mataher Jambi,” cetusnya.
(Barax)