JAWA TENGAH – Acara bedah buku “Jelajah Tutur Bambu” karya Sharen Olivia, yang dilangsungkan pada Minggu (23/11/2025) di Pasar Papringan, Ngadimulyo, telah menarik perhatian berbagai kalangan. Kegiatan ini merupakan bagian dari program revitalisasi desa, hasil kolaborasi antara Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan Spedagi Movement, bertujuan untuk memberdayakan potensi lokal, melestarikan budaya tradisional, sekaligus membangun jembatan antara masyarakat urban dan rural.
Acara tersebut dihadiri oleh komunitas literasi, penulis senior, para penggiat buku, mahasiswa, dan warga setempat dari Dusun Ngadiprono. Antusiasme peserta terlihat jelas dalam setiap sesi, menunjukkan respons positif terhadap buku yang menceritakan perjalanan penulis selama sepuluh hari penuh penemuan di pedesaan.
“Buku ini mengisahkan pengalaman saya yang melihat dari dekat kehidupan di Dusun Ngadiprono, terutama melalui interaksi dengan para pengrajin bambu dan warga lokal,” ungkap Sharen Olivia, mahasiswi Ilmu Komunikasi UMN. Dengan gaya penulisan yang memadukan prosa dan jurnalisme naratif, Olivia menghadirkan perspektif segar yang membawa pembaca berkelana dalam realitas kehidupan desa.
Menariknya, “Jelajah Tutur Bambu” mengupas nilai-nilai tak benda yang tersimpan dalam tutur para pengrajin bambu. Dialog yang terjalin dalam buku ini mengungkap bahwa banyak konsep berpikir dan bekerja, yang di kalangan urban dianggap istimewa dan dipelajari dalam konteks akademis, telah lama dipraktikkan secara alami dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa. Dalam hal ini, teori dan praktik berfungsi saling melengkapi, menciptakan harmoni dalam ritme kehidupan.
Dalam sesi pembedahan buku, Muchlas Abror, S.Pd., M.A., Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia di UMN Kebumen dan penggiat sastra, menyoroti gaya penulisan Olivia. “Sheren ibarat seorang traveler yang mengajak kita untuk lebih peka terhadap hal-hal kecil di sekitar. Buku ini mengingatkan saya, sebagai seseorang yang berasal dari desa, pentingnya menjaga kepekaan terhadap apa yang terlihat sederhana,” kata Abror. Ia menilai kombinasi prosa dan jurnalisme yang terdapat dalam buku ini berhasil menciptakan nuansa yang segar dan ringan untuk dibaca.
Harapan pascapeluncuran buku ini adalah agar lebih banyak orang terbuka untuk belajar dari interaksi sederhana dengan masyarakat lokal dan alam. “Ini bukan hanya tentang Dusun Ngadiprono dan bambunya. Lebih jauh, buku ini menggugah kita untuk kembali melihat nilai-nilai yang sering terabaikan dalam kehidupan sehari-hari,” tutup Abror.
Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan kesadaran dan apresiasi terhadap budaya lokal semakin meningkat, sekaligus mempererat hubungan antarkomunitas dalam rangka mendukung keberlanjutan potensi lokal.*
















