JAKARTA – Hidup dari profesi menulis semata itu dimungkinkan. Tetapi untuk jadi kaya raya dengan semata-mata mengandalkan pada profesi menulis di Indonesia, masih berat. Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Dr. Satrio Arismunandar.
Satrio Arismunandar mengomentari diskusi tentang Tips Mempertahankan Hidup sebagai Penulis. Diskusi di Jakarta, Kamis malam, 23 November 2023 itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan pembicara penulis Fanny J Poyk. Diskusi itu dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Anick HT.
Menurut Satrio, bertahan dan mencari nafkah sebagai penulis dapat menjadi sebuah tantangan. Namun dengan dedikasi, ketekunan, dan pendekatan strategis, hal tersebut tentu saja mungkin dilakukan.
“Tetapi jika mengharapkan menjadi kaya raya dengan semata-mata mengandalkan pada profesi penulis, di Indonesia masih berat. Hal ini karena ada sejumlah faktor lingkungan industri yang menghambat profesi penulis,” ujar Satrio.
Misalnya, penulis di Amerika bisa kaya raya dari royalti penjualan bukunya yang laris. “Sedangkan di Indonesia, buku yang dianggap laris biasanya cepat muncul versi bajakan, yang sangat merugikan penulis dan penerbit aslinya,” tutur Satrio.
Satrio menuturkan, perjalanan seorang penulis seringkali penuh dengan pasang surut. “Maka, bersikaplah gigih, tetap setia pada suara Anda, dan terus mencari cara untuk meningkatkan keahlian dan memasarkan diri Anda secara efektif,” lanjutnya.
Untuk meningkatkan diri, kata Satrio, kita harus menulis setiap hari. ”Kembangkan kebiasaan menulis yang konsisten. Semakin banyak Anda menulis, semakin baik jadinya Anda,” ucap mantan wartawan Kompas dan Trans TV ini.
Satrio menjelaskan, seorang penulis harus mendidik diri sendiri. “Penulis harus tetap terinformasi tentang industri penulisan, tren pasar, dan peluang penerbitan,” ujarnya,
Satrio berpendapat, ada positifnya untuk menghadiri lokakarya menulis, konferensi, dan kelas untuk meningkatkan keterampilan menulis. Juga, bereksperimen dengan genre dan gaya berbeda untuk menemukan kekuatan dan preferensi kita.
Hal yang sangat penting, kata Satrio, adalah membangun jaringan. “Kita perlu terhubung dengan penulis, editor, penerbit, dan agen literasi lain melalui media sosial, kelompok penulis, dan acara lokal,” saran Satrio.
Jaringan dapat membuka pintu peluang dan kolaborasi. “Ada beberapa penulis yang berhasil mendapat order penulisan buku bernilai ratusan juta rupiah. Ini berkat dukungan jaringan dan konsisten dalam berkarya,” tegas Satrio.
Menyuarakan aspirasi kita,Salam Satu Pena!!! http://www.harianmerdeka.id