DimensiNews.co.id – HALMAHERA TENGAH.
Dalam rangka melestarikan budaya lokal dengan tujuan membangun karakter masyarakat serta mengangkat harkat dan martabat masyarakat Fagogoru diberbagai dimensi. Pemkab Halteng Kamis, (07/12/2017) kemarin menggelar Seminar Kearifan Lokal Sebagai Penguat Jatidiri Bangsa yang berlangsung di aula kantor bupati pada pukul 10.00 Wit hingga selesai pada pukul 14.00 Wit. Terlaksananya kegiatan tersebut atas bekerjasama Pemda Halteng dan Kemendikbud dengan di hadiri oleh Bupati dan Wabub terpilih Drs. Edi Langkara-Abd Rahim Odeyani, Wabub Halteng (aktif) Soksi Hi. Ahmad, Herman Oesman (Akademisi), Agus SB (Akademisi), Julhaidir (Anggota DPD RI Halteng), Pejabat Kemendikbud, serta tamu undangan diantaranya pimpinan SKPD, Asisten I Drs. M. Rustam, Asisten II Basri Botutu, Kepala Bagian, Kasipidsus Kejari Weda, Kabag Ren Polres Halteng, Arif Ishak, organisasi kepemudaan dan mahasiswa.
Kegiatan seminar tersebut dibuka langsung oleh Wakil Bupati Halteng Soksi Hi Ahmad, dan agenda kali ini sebagai bentuk upaya melestarikan budaya lokal dengan tujuan untuk membangun karakter masyarakat serta mengangkat harkat dan martabat masyarakat fagogoru di berbagai dimensi.
Amatan awak media, pada pukul. 09.49 Wit, Bupati dan Wabub terpilih didampingi Wakil Bupati aktif, Soksi Hi. Ahmad tiba di Aula Kantor Bupati dan disambut dengan tarian Coka Iba Monbayu. Selanjutnya pada pukul 10.26 Wit acara pembukaan seminar dengan dipandu oleh mantan Kabid Dikdas Taher Mujuddin. Acara pembukaan sendiri diawali dengan tarian Lalayon.
Wakil Bupati Halteng, Soksi Hi. Ahmad dalam sambutannya menyampaikan bahwa arti dari Fagogoru (persaudaraan) yang kita ketahui adalah representasi dari Gamrange (tiga negeri bersaudara) yakni Weda, Patani, Maba dan spirite Orecele menjadi penyemangat dan pemersatu masyarakat,” terangnya.
Soksi menambahkan pilkada Halteng sudah selesai dan rakyat sangat antusias menanti pemimpin baru sebagai momentum yang tepat untuk mempercepat proses pembangunan di daerah yang kita cintai bersama ini,” katanya.
Kegiatan seminar itu diakhiri dengan pembacaan doa oleh Ustad Yusuf. Sebagai penutup open cerimoni dan acara dilanjutkan dengan acara inti seminar.
Bupati terpilih Drs. Edi Langkara, SH, MH pada kesempatan itu mengatakan bahwa Fagogoru Sebagai Fondasi Dasar Pembangunan yang Berkeadilan.
Dalam inti penyampaiannya bahwa kemajuan manusia dapat diukur dari dua aspek yaitu kemajuan lahiriah dan kelahiran rohaniah/kebatinan. Sementara kemajuan sosial, ekonomi, infrastruktur dan lainnya secara hakekat manusia mengakui nilai-nilai yang lebih mendalam, secara martabat, ketuhanan dan antar sesama. Nilai dimana manusia menempatkan diri sebagai manusia yang baik. Itulah esensi dari manusia seutuhnya.
Kebutuhan dasar manusia adalah soal manusia itu bisa melintasi di satu kawasan yang tidak ada hambatan, di sini posisi pemerintah sangat penting dan bagaimana kita bicara tentang fagogoru kalau masih ada daerah kita yang butuh kesejahteraan seperti di pulau Gebe. “Jadi kedepan kita harus berfagogoru agar dapat menerapkan ini dan mampu melihat lingkungan, taat hukum, solider, tidak boleh rakus, tidak boleh korupsi, tidak boleh bafoya karena kita bicara simbol kasih sayang,” ajaknya.
Sementara Zul Chaidir Djafar, SE, M.Si dalam materinya menyatakan bahwa membangun Karakter Manusia yang Berfagogoru adalah untuk mengapresiasi kegiatan ini, semoga dapat menyadarkan kita semua, bahwa lembangunan itu sangat penting tapi yang sangat penting adalah pembangunan manusia. Ia juga menginginkan agar nantinya ada kebijakan studi antropoli dan Bupati dapat menganggarkannya.
Ia juga menambahkan bahwa ada tiga hal yang perlu di ketahui bersama yakni Fagogoru sebagai suku bangsa (bagaimana pola migrasi), Fagogoru adalah sebuah organisasi, Negeri yang tidak berpemerintahan sekitar abad 16 atas kesultanan Jailolo dan Tidore dan Fagogoru sebagai sistem nilai,” ucapnya.
Dr. Herman Usman juga menyampaikan terkait dengan dinamika sosial kehidupan orang Fagogoru di tengah arus pembangunan dan kesiapan menghadapi tantangan perubahan. “Intinya adalah Fagogoru itu adalah nilai dan sebuah sistem pengetahuan yang dirancang berabad silam, namun kini mulai hilang. Sebagai masyarakat Fagogoru harusya jangan pernah berbahasa yang dianggap tidak santun, jadi pada dasarnya bahasa adalah dasar dari semua ini dalam menyatukan keberagaman.
Sementara Dr. Agu Salim Bujang menyampaikan “Revitalisasi dan reaktualisasi falsafah fagogoru dalam kehidupan nyata upaya mewujudkan masyarakat yang maju dan berbudaya.”
Dalam penyampaiannya bahwa Fagogoru sebagai sistem budaya, Fagogoru merupakan sebuah konsep untuk kehidupan yang sesungguhnya. Dan penyampaian juga dari Dr. Nadjamuddin Ramly, M.Si (Dir Warisan dan Diplomasi Budaya Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan) “Redesain pembangunan kebudayaan untuk kemajuan bangsa. Pada intinya adalah bagaimana kebudayaan sebagai investasi karena fagogoru itu adalah budaya kasih sayang yang dikemas dalam hubungan vertikal dan horizontal dan kebudayaan itu adalah starting yang pada point berasal dari manusia itu sendiri. (Ode)