Wakil Ketua MPR Ingatkan Generasi Muda Tak Tergelincir Pengaruh Negatif Teknologi

  • Bagikan
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat. (DOK MPR RI)

JAKARTA- Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, mengingatkan pentingnya generasi muda memahami dinamika politik nasional dan global di tengah derasnya arus digitalisasi. Ia menilai, perkembangan teknologi, terutama media sosial, telah membentuk pola pikir dan preferensi politik masyarakat, khususnya kalangan Gen Z dan milenial.

“Yang ingin kita ketahui adalah bagaimana cara pikir, pola pikir, serta pengalaman anak muda dalam memaknai perubahan menuju 2029 agar tetap berada pada koridor yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan,” ujar Lestari dalam diskusi bertajuk “Preferensi Politik Gen Z Indonesia” di Auditorium Perpustakaan Panglima Itam, NasDem Tower, Jakarta, Kamis (30/10).

Diskusi tersebut menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Guru Besar Ilmu Politik UIN Jakarta Burhanuddin Muhtadi, Ketua Bidang Hukum dan HAM DPP Partai NasDem Atang Irawan, alumnus Remaja Bernegara NasDem Nurul Ain Hayati Rangkuti, dan Rafly Arya Ramadhan.

BACA JUGA :   Ibas Kawal Program Pro-Rakyat di Pacitan: Dari Bedah Rasa hingga Asa untuk Kesejahteraan

Rerie — sapaan akrab Lestari — menyoroti fenomena baru dalam dunia politik modern, yakni adanya upaya sistematis untuk memengaruhi pola pikir masyarakat melalui teknologi dan media sosial.

“Kalau dulu kita mengenalnya sebagai brainwashing, kini bentuknya jauh lebih halus dan kompleks. Tanpa disadari, cara-cara ini dapat membentuk preferensi dan bahkan pandangan ideologis seseorang,” jelasnya.

Menurut Lestari, setiap momentum politik selalu menghadirkan “pemain baru” dan strategi baru yang perlu diantisipasi semua pihak — bukan hanya partai politik, tapi juga masyarakat luas, terutama para pemilih muda.

Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu mengingatkan bahwa teknologi digital ibarat pisau bermata dua — bisa menjadi alat refleksi diri, tetapi juga ancaman jika digunakan tanpa kesadaran.

BACA JUGA :   Satgas TMMD 110 Kodim 0415/BTH Lembur Kerjakan Tugu

“Tanpa pemahaman yang tepat, teknologi dapat menjerumuskan kita pada arus informasi yang menyesatkan. Ini bisa menjadi bencana bila generasi muda tidak dibekali literasi digital yang kuat,” tegasnya.

Lestari juga menekankan pentingnya pemetaan karakter dan pola pikir generasi muda saat ini. Ia mencontohkan, bahkan dalam satu keluarga pun, perbedaan pandangan politik bisa sangat tajam akibat pengaruh lingkungan dan teknologi.

“Saya punya anak berusia 17 hingga 30 tahun, dan perbedaan cara pandang di antara mereka sangat terasa. Bayangkan saja, dalam satu rumah saja bisa berbeda jauh, apalagi dalam konteks masyarakat luas,” ujarnya.

Menurut Lestari, Partai NasDem menilai survei bukan semata untuk mengukur elektabilitas, tetapi untuk membaca arah perubahan sosial dan aspirasi generasi muda.

BACA JUGA :   Warga Senang Dua Desa Telah Terhubung Berkat TMMD 110 Kodim 0415/ BTH

“Kami percaya survei adalah alat untuk membaca pikiran publik dan memahami arah perubahan masyarakat,” katanya.

Menutup paparannya, Lestari mengingatkan pentingnya menjaga persatuan di tengah perbedaan menjelang kontestasi politik 2029.

“Perbedaan pandangan adalah hal yang wajar, tetapi jangan sampai berkembang menjadi kebencian dan perpecahan,” tegasnya.

Ia menambahkan, cita-cita Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera hanya bisa terwujud jika seluruh anak bangsa bergandengan tangan, menghormati perbedaan, dan berjuang bersama dalam koridor konstitusi.

“Indonesia akan kuat bila generasi mudanya berpikir kritis, beretika, dan tidak mudah dipengaruhi arus digital yang menyesatkan,” pungkas Lestari.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses