7 Tahun Mengabdi, Driver Taxi Online Gigit Jari Jelang Lebaran

  • Bagikan
Foto ilustrasi taxi online

Sidoarjo – Seorang driver taksi online di Sidoarjo mengeluhkan kebijakan Bonus Hari Raya (BHR) dari perusahaan aplikator yang dianggapnya sepihak. Sebut saja Udin, mengaku telah menjadi mitra aplikasi transportasi berbasis daring sejak 2018, namun tidak pernah mendapatkan apresiasi berupa BHR meski telah bekerja selama tujuh tahun.

“Saya telah bekerja hampir delapan tahun sebagai mitra dan memberikan keuntungan bagi aplikator melalui potongan 20% dari setiap order ditambah biaya aplikasi. Tapi, meskipun aktif selama bertahun-tahun, saya tidak pernah mendapat apresiasi di momen jelang lebaran,” ujarnya.

Awalnya Udin mengandalkan satu aplikasi berlogo hijau sebagai sumber pendapatan utama. Dengan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar setoran mobil sebesar Rp150.000 per hari, ia merasa cukup dan nyaman menjalani profesinya. 

Namun, kondisi berubah drastis sejak pandemi Covid-19 melanda. Pendapatannya menurun drastis, ditambah lagi dengan munculnya banyak aplikasi kompetitor baru yang menawarkan tarif yang lebih Fair dan ‘Potongan’ Aplikasi lebih murah.

Demi mempertahankan penghasilannya, pada awal 2024 Udin memutuskan bergabung pula dengan aplikasi lain. Ia menilai kebijakan perusahaan tempatnya bermitra sebelumnya tidak adil karena ia tidak pernah merasa diapresiasi sekalipun saat jelang lebaran tiba..

BACA JUGA :   Mantan Ketua Bawaslu Bungo Ini Nilai Dedy Putra Layak Pimpin Bungo

Menurutnya, jika perusahaan mewajibkan mitra hanya menerima order dari satu aplikasi, seharusnya ada perlakuan yang lebih baik bagi para driver.

“Di tengah kondisi persaingan Aplikator seperti saat ini, seharusnya Aplikator berlomba ‘Memanjakan’ para mitra mitranya, bukan malah sebaliknya, memperketat peraturan dan menekan kesejahteraan kita. Kalau saya sih ya kerja Cerdas aja, pilih yang paling ‘Enak’ aja, bisa sama sama menguntungkan, ndak malah merugikan kita, karena kita di lapangan juga tidak mudah lho, banyak resiko resiko di jalan yang tak terduga, keluarga di rumah menanti hasilnya,” tutupnya.

Kecewa dengan Kebijakan BHR yang Sepihak

Senada dengan Udin, seorang driver lain sebut saja Budi, juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap kebijakan perusahaan. Ia menilai kesejahteraan mitra semakin menurun dari tahun ke tahun.

“Seharusnya aplikator melihat sejak kapan mitra bergabung, bukan hanya menerapkan syarat-syarat yang sifatnya ‘Sepihak’ yang sulit dipenuhi,” katanya.

Selain itu, kata dia, mendapatkan bonus harian kini semakin sulit karena aturan yang berubah-ubah dan cenderung mempersulit mitra.

“Dulu, masih memungkinkan mencapai target bonus harian. Sekarang, rasanya seperti hal yang tak mungkin, meski ‘mati-matian’ untuk meraihnya. Belum lagi jika ada gangguan seperti order fiktif yang mengurangi performa penyelesaian kami. Kalau sudah begitu, kami hanya bisa pasrah,” ungkapnya.

BACA JUGA :   Hondo Suwito Kembali Pimpin PMI Kabupaten Sukabumi

“Jadi jangankan BHR, bonus dari order harian saja sulit didapat. Misalnya, skema tiga jam enam trip sering kali tidak tercapai karena berbagai kendala di lapangan,” imbuhnya.

Hubungan Simbiosis yang Sehat dan Berkelanjutan

Dalam dunia transportasi online, hubungan antara mitra driver dan perusahaan aplikator merupakan hubungan simbiosis mutualisme, yaitu hubungan yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Driver menyediakan unit kendaraan dan jasa transportasi kepada pelanggan dengan memanfaatkan platform yang disediakan aplikator. 

Sebagai imbalannya, aplikator mendapatkan keuntungan dari potongan komisi setiap transaksi. Di sisi lain, driver mendapatkan akses ke pasar yang lebih luas, sistem pembayaran yang praktis, serta potensi bonus dan insentif yang menjanjikan.

Namun, ketika kebijakan perusahaan lebih menguntungkan satu pihak saja, misalnya dengan memperketat skema insentif, menetapkan aturan sepihak terkait bonus, atau tidak memberikan apresiasi bagi mitra lama, maka hubungan ini berubah menjadi simbiosis parasitisme. Driver yang seharusnya mendapatkan manfaat justru merasa terbebani dengan aturan yang tidak berpihak pada kesejahteraan mereka.

BACA JUGA :   Festival Pemuda Indonesia 2023 di Kemenpora Jadi Ajang Silaturahmi dan Kolaborasi

Agar tetap menjadi hubungan yang sehat dan berkelanjutan, perusahaan aplikator perlu memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan tetap adil bagi driver. 

Jika kesejahteraan mitra terjamin, maka mereka akan lebih termotivasi untuk memberikan pelayanan terbaik, yang pada akhirnya juga menguntungkan perusahaan dalam jangka panjang.

Harapan untuk Regulasi yang Lebih Adil

Sebagai mitra, Udin dan Budi berharap ada kebijakan yang lebih berpihak pada kesejahteraan mereka. Selain itu, mereka meminta pemerintah untuk menetapkan regulasi yang lebih adil terkait tarif, pajak, layanan, dan pendapatan driver di semua aplikasi agar kesejahteraan mereka lebih terjamin.

“Saya berharap pemerintah lebih menertibkan dan merumuskan kebijakan yang pro-driver. Karena menurut saya keberadaan taksi online sangat dibutuhkan masyarakat, maka pengelolaannya juga harus baik dan berpihak pada semua pihak. Awalnya, saya sempat merasa senang hal ini mendapat perhatian langsung dari Pak Prabowo, meski saya harus menyesal pada akhirnya karena jelang lebaran tahun ini saya harus tetap menekan semua kebutuhan lebaran anak anak dan istri saya seperti lebaran di tahun tahun sebelumnya,” pungkasnya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Verified by MonsterInsights