Kisah Pilu Pasutri Tunawicara di Bungo yang Tinggal di Gubuk Bambu Tak Layak Huni Bersama Anaknya

  • Bagikan

MUARA BUNGO – Kisah yang sangat pilu, Mahmud (41) dah Hilimah (33) merupakan pasangan suami isteri tunawicara yang memiliki dua orang anak yang masih kecil bernama Pasian (9) dan Ilham (1) tahun, di Dusun Mangun Jayo, Kecamatan Muko-Muko Bathin VII, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.

Pasangan ini harus berjuang dan tetap bertahan hidup dengan hanya tinggal di gubuk bambu yang tak layak huni berukuran 4×3 meter.

Menurut informasi dari warga sekitar rumahnya, pada tahun 2019 lalu pasangan suami istri yang tunawicara ini sangat berharap tinggal di tempat yang layak seperti warga lainnya. Akan tetapi mereka berdua tetap semangat banting tulang demi memenuhi kebutuhan hidupnya dengan pekerjaan yang serambutan. Terkadang ia menyadap karet, kadang membantu bikin rumah orang demi menghidupi dua orang anaknya.

BACA JUGA :   Dr.Reda Manthovani Jabat Kajati DKI, Leonard Eben Ezer Simanjuntak Jadi Kajati Banten

“Dulu adik kami ini tidak memiliki KTP, setelah diurus maka mereka berdua itu memiliki KTP dan KK. Tak hanya itu, ia juga katanya dulu ada dapat bantuan bedah rumah tapi hingga sekarang tak kunjung ada. Namun, dia tetap tegar walaupun hanya tinggal di gubuk kecil,” kata Nurhasiah, kakak dari Mahmud.

Nurhasiah menyebutkan, Mahmud dan istri tetap bekerja untuk kebutuhan hidup, ia juga mengakui kalau rumah adiknya itu memang tidak layak. Tapi bagaimana lagi kondisinya seperti itu, setiap dapat uang ia terus menyisihkan uang untuk bikin batako agar rumahnya bisa berdiri layak seperti rumah yang lain.

“Yang namanya orang kecil kepingin lah memiliki rumah namun kemampuannya kan tidak sama seperti warga yang lain. Kami sekeluarga hanya bisa berdoa saja semoga saja tahun ini, ada keajaiban dari tuhan yang maha kuasa sehingga rumah adik kami ini bisa dibangun,” kata Nurhasiah dengan penuh harapan.

BACA JUGA :   Sekelompok Massa Mengamuk di Kantor Kecamatan Pinang Kota Tangerang

Dari pantauan awak media di lapangan, kondisi rumahnya itu tidak jauh beda dengan tahun 2018 lalu. Ya masih berdindingkan bambu beratap daun. Bahkan tidur beralaskan tikar bersama istri dan anaknya. Semua itu jauh dari kata layak untuk ditempati.

Awak media yang mencoba berkomunikasi dengan Pak Mahmud, kalau dia berusaha untuk membuat batako sendiri agar bisa membangun rumah layak huni dan itu sudah lama ia lakukan. Tampak di lokasi terlihat tumpukan batako di samping gubuk kecil miliknya itu.

“Kami juga ingin membantunya akan tetapi kemampaun kami juga terbatas dan membangun rumah kan harus ada biaya yang banyak. Semoga saja tahun ini semua harapan adik kami bisa dia capai mengidamkan rumah layak huni,” kata Nurhasiah hingga meneteskan air mata.

BACA JUGA :   Nekat Lakukan Saur On The Road, Ini Ancaman Kapolres Metro Tangerang Kota

Keinginan pak Mahmud memiliki rumah layak huni terbukti sudah ada pondasi yang dia bangun. Tapi kondisi pondasi masih seperti awal mula dibangun tidak ada batako yang diletakkan dipondasi yang sudah dia bangun, karena dia tidak ada biaya jadi harus bersabar lagi.

Bahkan kata Nurhaisah, Mahmud memiliki dua orang anak, Pasian (9) dan Ilham (1) tahun. “Yang anak pertama sudah kelas dua Sekolah Dasar di SD Negeri 32/II Mangun Jayo,” cetusnya.*(Barax)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses