DimensiNews.co.id, MADIUN – Libur sehari yaitu Rabu 9 Desember 2020 atau bersamaan dengan ketetapan pemerintah untuk Libur Nasional karena adanya pelaksanaan pemungutan suara Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dibeberapa daerah di Indonesia.
Momen itu, tidak menutup kemungkinan dimanfaatkan oleh sebagian warga masyarakat untuk berlibur mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada disekitar daerahnya masing-masing. Begitu juga di Kabupaten Madiun terdapat beberapa tempat wisata alam maupun buatan.
Kali ini, DimensiNews.co.id mengintip atau melakukan pemantauan di taman wisata Madiun Umbul Square (MUS) yang terletak di Jalan Raya Madiun-Ponorogo atau masuk Desa Glonggong, Kecamatan Dolopo. Saat itu sekitar pukul 10: 45 Wib, pintu gerbang utama yang merupakan akses keluar masuk orang menuju atau dari kawasan wisata MUS terjaga oleh seorang karyawati. Ruang loket untuk pembelian tiket masuk tanpa terjaga oleh seorangpun.
Tak lama kemudian, terlihat sejumlah orang yang mengendarai sepeda motor serta kendaraan roda empat/mobil datang dari arah barat menuju pintu gerbang utama itu. Maksud tujuan adalah, mereka atau penunjung hendak masuk tentu berlibur di wisata MUS. Karena tidak tau atau memang lupa ada syarat harus mencuci tangan dahulu sebelum masuk, setiap pengunjung memberhentikan kendaraannya pas didepan seorang karyawati yang tengah berjaga dipintu gerbang.
Karena memang didepan pintu gerbang utama, tidak adanya atau ditemukan papan/teks bertuliskan “Setiap Pengunjung Wajib Mencuci Tangan”? Sehingga setiap pengunjung yang memberhentikan kendaraannya baru tahu, wajib mencuci tangan setelah mendapat saran dari seorang karyawati penjaga pintu gerbang itu.
Pengunjung sangat antusias dengan telaten mengerakan serta mengosok jari jemari tangannya, dengan balutan busa sabutan yang disediakan di setiap wastafel buatan yang ada disisi kanan pintu gerbang wisata MUS. Terdengar suara air gemericik mengalir keluar dari belasan kran, yang sebelumnya diputar oleh sejumlah pengunjung.
Sejumlah pengunjung seusai mencuci tangan mengibas-gibaskan bagian tangannya, dengan tujuan agar air yang membasahi jari jemarinya serta pergelangan tangannya segera kering. Begitu ada yang pengunjung yang sengaja mengelap kedua tangannya pada kain celana yang dikenakan, dengan maksud agar segera kering dari air. Menginggat disetiap wastafel itu, tidak adanya lembaran tissue yang tersedia.
Soal ketidak tersediaan lembaran tissue, bagi pengunjung tidak masalah. Pengunjung lalu melanjutkan dengan misi membeli tiket masuk ke wisata MUS. Tapi sebelum mendapatkan tiket wisata, setiap pengunjung wajib menjalani tes suhu bandan/tubuh dengan alat thermogun oleh seorang karyawati yang sejak pagi menunggu dipintu masuk.
Seusai menjalani cek suhu badan, terlihat seorang karyawati tersebut’ tak lupa untuk selalu mengingatkan agar memakai masker dengan benar yaitu bagian lubang hidung serta mulut dapat terlindungi masker dengan benar.
Seusai memantau realita pelaksanaan Prokes Covid-19 dibagian pintu gerbang utama, kembali melanjutkan hingga kebagian dalam kawasan wisata tersebut. Pada posisi kiri pintu keluar masuk terdapat wastafel, begitu juga disetiap wahana atau area juga tersedia tempat mencuci tangan berikut sabunnya. Artinya tempat wisata MUS ini jika dari segi urusan mencuci tangan, sudah memenuhi pelaksanaan Prokes Covid-19.
Lalu bagaimana soal Prokes Covid-19 lainnya untuk 3M, seperti Memakai Masker dan Menjaga Jarak selama berada dikawasan wisata atau tempat umum? Ikuti penelusuran dilokasi-lokasi berikutnya.
Terlihat sejumlah pengunjung berada di area gazebo. Beberapa pengunjung yang datang bersama keluarga besarnya, juga mengisi masing-masing gazebo yang disediakan pengelola wisata MUS. Namun ada pemandangan yang tidak patut dicontoh, pengunjung terdiri dari keluraga sendiri yang berada didalam gazebo tidak memakai masker dengan benar. Meskipun jarak antara gazebo satu dengan gazebo lainnya sekitar 2 meteran. Namun di area itu, juga terdapat pengunjung lain yang berlalu lalang.
Pemandangan lain yaitu memakai masker tidak benar bahkan tidak memakai masker, juga didapat di area satwa atau mini zoo (kebun binatang mini). Selain itu, didapat di area wahana komedi putar, area wahana air. Di wahana air ini, kebanyakan didominasi oleh pengantar atau pengunjung yang memang tidak bermain air.
Kebanyakan pengunjung ini, memakai masker tidak sebagaiaman mestinya yaitu bagian hidung dan mulut dipastikan terlindungi. Melainkan masker yang dikenakan itu, ternyata dibiarkan turun dari bagian hidung dan mulut bahkan melekat pas dibagian dagu hingga menutup leher. Sedangkan tidak memakai masker, didominasi oleh pengunjung berusia remaja. Golongan pengunjung ini, masuk pada pelanggaran Prokes Covid-19 karena tidak memenuhui unsur 3M yaitu Memakai Maker dengan benar.
Tentu juga bertanya-tanya bagaimana soal jaga jarak yang dilakukan oleh pengunjung wisata MUS ini? Ternyata hasil penelusuran dibeberapa area yang ada di wisata MUS, kebanyakan pengunjung yang datang memanfaatkan libur 9 Desember 2020 siplin menghindari kerumunan atau jaga jarak. Wajar kalau setiap pengunjung satu dengan pengunjung lainnya, saat jalan pas beriringan atau berpapasan pada saat dilokasi wisata. Namun diantara pengunjung tersebut, ada yang tetap menjaga Prokes Covid-19 yaitu tetap memakai masker dan menjaga jarak.
Dampak akibat sepinya pengunjung wisata MUS, ternyata sangat dirasakan oleh sejumlah pedagang yang membuka lapaknya disekitar kawasan wisata itu. Diakui Sutikno 56 tahun, yang sehari-hari menjual camilan aromanis (gula putih diproses dengan alat tradisional hingga menjadi camilan mirip uraian rambut) yang biasa mangkal di dalam kawasan wisata MUS.
Sejak adanya pandemi Covid-19, penjualan aromanis buatannya mengalami penurunan pembeli. Selain itu, juga ditambah sepinya pengunjung yang datang dilokasi wisata MUS ini. Padahal sebelum pandemi Covid-19 datang di Indonesia, Sutikno dapat mengantongi pendapatan antara Rp150-200 ribu hari. Namun jika hari libur Sabtu dan Minggu, pendapatannya bisa melebihi pendapatan harian.
“Belum lagi kalau libur pada hari-hari besar, pendapatannya juga lebih banyak dari libur hari-hari biasa maupun libur Sabtu dan Minggu. Tapi begitu adanya pendemi Covid-19 hingga ini, pendapatannya terus menyusut. Paling banyak dalam satu hari seperti libur sekarang ini, alkhamdulillah antara Rp20-30 ribu/hari,” katanya.
Kejadian seperti itu, kata Sutikno, tidak hanya dirasakan oleh dirinya saja, tapi juga oleh pedagang lainnya yang ada dikawasan wisata MUS ini. “Teman-teman disini (wisata MUS), apapun jenis dagangannya yaitu sama” sulit laku atau terjual sesuai harapan. Karena adanya penyusutan pengunjung yang datang di wisata ini. Padahal soal harga, juga stabil tidak ada yang mahal atau memberatkan para pembeli,” tuturnya.
Ia menambahkan, harapan kedepan bahwa diri serta teman-teman seprofesinya dapat merasakan kembali soal pendapatan yang layak dari hasil berdagang jenis makanan maupun berbagai mainan anak-anak yang dijakan dilokasi wisata ini.
“Semoga Covid-19 segera pergi dari Indonesia. Sehingga pendapatan ekonomi rakyat kecil seperti saya ini, cecepatnya bisa normal lagi. Usaha juga jadi tenang bahkan tidak was-was meskipun banyak pengunjung datang dan berjubel dilokasi wisata ini,” ungkapnya.*all