DimensiNews.co.id JAKARTA – Alun-alun Indonesia bekerjasama dengan para designer menggelar talkshow dan parade Jumputan Nusantara di Mall Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (5/12/2019). Tujuanya agar generasi milenial mengenal sejarah dan warisan budaya terutama wastra di Indonesia.
Panitia Penyelenggara Indira Hadi menerangkan, acara yang baru pertama kali digelar ini menampilkan fashion show jumputan agar masyarakat luas dapat membedakan batik canting, songket, dengan batik jumputan.
Batik Jumputan Indonesia saat ini sudah terkenal oleh mancanegara, biasanya tamu-tamu asing akan memakainya disaat eveny internasional. Di Indonesia batik ini berasal dari Sumatera Selatan, Kalimantan, serta Jawa.
“Bedanya batik itu pakai canting, kalau batik jumputan tekniknya mengikat dan mencelup lalu diberi warna. Pewarna yang digunakan orang zaman dahulu adalah pewarna alami dari makanan serta tumbuhan sekitar. Hasil jumputan ini juga sangat bagus dan saat ini telah menjadi tren sendiri,” jelasnya.
Biasanya untuk menghasilkan batik jumputan
dengan lebar kain tiga meter, pengrajin membutuhkan waktu seminggu hingga 20 hari, sedangkan batik canting berbulan-bulan.
“Ini yang menarik, motifnya sangat kekinian, setiap daerah memiliki ciri khas jumputannya masing-masing, selain itu pengerjaanya juga relatif mudah dan cepat,” terangnya.
Sementara itu salah satu narasumber sekaligus Desiner Batik, Carmanita menjelaskan, menurut penelitian antropologi teknik jumputan dipercaya sudah ada sejak 5.000 tahun lalu zaman mesopotamia. Kemudian berkembang ke Roma serta Kuba, hingga India, Jepang, Pesisir Amerika Latin dan Indonesia.
Lalu masuk Asia sudah berkembang seperti zaman Samurai di Jepang. Teknik ini kemudian berkembang sampai ke India dan wilayah-wilayah nusantara. “Teknik celup ikat diperkenalkan ke nusantara oleh orang-orang India melalui misi perdagangan. Tenik ini mendapat perhatian besar terutama karena keindahan ragam hiasnya dalam rangkaian warna-warna yang menawan,” tuturnya.
Ia berharap dengan acara ini, maka Batik Jumputan akan terus berkembang, dan akan semakin banyak generasi muda untuk belajar membatik dan mengetahui sejarah batik itu sendiri.
“Harapan kami, generasi milenial banyak yang tertarik dan mengembangkan Wastra Nusantara, agar kebudayaan kita tetap lestari,” tandasnya.(Set)