Ini Cara Mengatasi Klientelisme Dalam Pemilu

  • Bagikan

JAKARTA – Mengatasi klientelisme seringkali memerlukan upaya komprehensif dan berkelanjutan, karena hal ini melibatkan perubahan struktur kelembagaan dan praktik budaya. Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Dr. Satrio Arismunandar.

Satrio Arismunandar mengomentari diskusi tentang Klientelisme, Defisit Demokrasi, dan Institusi. Diskusi di Jakarta, Kamis malam, 7 Desember 2023 itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.

Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan pembicara Prof. Burhanudin Muhtadi, Ph. D., Guru Besar FISIP UIN Jakarta. Diskusi itu dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Swary Utami Dewi.

Menurut Satrio, klientelisme mengacu pada sistem politik di mana politisi atau partai politik bertukar barang, jasa, atau bantuan untuk mendapatkan dukungan politik dari individu atau kelompok.

BACA JUGA :   Ahli Waris Korban Kecelakaan Lion Air Terima 1 Milyar Lebih Dari BPJS Ketenagakerjaan Jakarta Barat

“Dalam sistem klientelis, politisi sering kali memberikan keuntungan materi, seperti pekerjaan, layanan publik, atau sumber daya lainnya, kepada individu atau komunitas sebagai imbalan atas kesetiaan, suara, atau bentuk dukungan politik lainnya,” ujarnya.

Praktik ini, kata Satrio, menciptakan hubungan ketergantungan antara patron politik (politisi atau partai) dan kliennya (individu atau kelompok).

“Klien bergantung pada patron untuk mendapatkan sumber daya dan bantuan, sedangkan patron bergantung pada dukungan berkelanjutan dari kliennya untuk mendapatkan kekuasaan politik,” lanjut Satrio.

Ditambahkan oleh doktor filsafat FIB UI ini, klientelisme dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan dapat terjadi pada berbagai tingkat pemerintahan, dari tingkat lokal hingga nasional.

“Hal ini sering dikaitkan dengan isu korupsi, karena pertukaran bantuan dapat menyebabkan penyalahgunaan sumber daya publik untuk keuntungan pribadi atau politik,” tuturnya.

BACA JUGA :   Gelar Halal Bihalal, Kampus Faathir Husada Peringati Idul Adha Dengan Berbagi Daging Qurban

Satrio mengakui, meskipun klientelisme mungkin memberikan manfaat jangka pendek bagi kelompok tertentu, klientelisme juga dapat berkontribusi terhadap tantangan politik dan ekonomi jangka panjang, seperti kesenjangan dan lemahnya tata kelola.

Satrio menegaskan, menangani klientelisme bisa menjadi suatu tantangan, karena klientelisme sudah tertanam kuat dalam beberapa sistem politik.

“Namun, penanganan klientelisme biasanya melibatkan kombinasi reformasi hukum, kelembagaan, dan budaya,” tuturnya.

Menurut Satrio, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan. Misalnya, memperkuat kelembagaan, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.

“Juga, menyelenggarakan program pendidikan kewarganegaraan, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai dampak negatif klientelisme,” ucap Satrio.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses