Ini Faktor Penghambat Sulitnya Peradaban di Asia Tenggara Bisa Maju

  • Bagikan

JAKARTA – Ketika peradaban Barat mundur, ada optimisme bagi munculnya peradaban dari Asia Tenggara. Namun banyak tantangan bagi munculnya peradaban dari Asia Tenggara. Salah satunya, sikap mental konspiratif dari Muslim Asia Tenggara.

Hal itu diungkapkan Prof Muhamad Ali, Ph.D., Associate Professor University of California, Riverside, dalam Webinar di Jakarta, Kamis malam, 22 September 2022. Webinar itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Pemandu diskusi adalah Anick HT dan Elza Peldi Taher.

Muhammad Ali mengurai dan menganalisis pemikiran cendekiawan publik, Prof Dr Azyumardi Azra, CBE, yang belum lama ini wafat, tentang tantangan bagi kemajuan peradaban umat Islam di Asia Tenggara. Menurut Muhammad Ali, Azyumardi melihat sikap mental konspiratif ini sebagai salah satu hambatan untuk kemajuan.

BACA JUGA :   HUT Bhayangkara Ke 76, Danramil 06/KD Datangi Polsek Kalideres

Pola pikir konspiratif melihat seolah-olah semua masalah di dunia Muslim disebabkan oleh faktor eksternal, seperti konspirasi Yahudi, Zionis, dan sebagainya. “Mereka bersikap defensif, apologetik, closed minded, yang melahirkan tindakan yang tidak produktif,” kata Muhammad Ali.

Menurutnya, banyak orang Islam yang melakukan romantisisme. Mereka asyik melihat kejayaan Islam abad pertengahan di masa lalu, tetapi kurang melihat ke depan untuk memajukan peradabannya.

“Seharusnya mereka berpikir progresif. Yakni, belajar dari sejarah masa lalu untuk visi dan misi ke depan,” ujarnya.

Makalah terakhir Azyumardi Azra yang batal dipresentasikan di Malaysia, berkaiatan dengan tema Islam kosmopolitan. Kalangan ilmuwan di kawasan ini mencoba melihat secara introspektif dan scholarly, apakah bisa berharap peradaban akan muncul dari Asia Tenggara atau Nusantara.

BACA JUGA :   Kapolres Gresik Apresiasi Satgas Covid-19 Dan Berikan Penghargaan

Mengutip Azyumardi, Muhammad Ali melihat demografi sebagai modal penting bagi munculnya peradaban di Asia Tengara. Jumlah populasi Muslim di Asia Tenggara sangat besar, dibandingkan dengan jumlah Muslim di Timur tengah.

“Tetapi, apakah kuantitas yang besar ini juga menunjukkan kualitas?” tanyanya. Untuk mencapai kualitas peradaban, ada prasyarat-prasyaratnya. Jadi, jumlah populasi Muslim yang besar ini bisa menjadi aset, tetapi juga bisa menjadi beban.

“Masih banyak tantangan kemiskinan, pendidikan, dan sebagainya. Asia Tenggara juga masih bergantung pada sains dan teknologi Barat,” lanjut Muhamad Ali.

“Banyak masalah di Indonesia dan Malaysia. Optimisme ada, tetapi juga ada tantangan-tantangan yang harus diselesaikan, jika ingin peradaban muncul dari Asia Tenggara,” tegasnya.

BACA JUGA :   Kasus Honorarium,Patron Lapor Dugaan Korupsi DPRD Kota Tangerang ke Kejagung RI
Penulis: DanangEditor: Hery Lubis
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses