Gunakan Kursi Roda, Perajin Wayang Asal Madiun Ini Bertahan di Tengah Pandemi

  • Bagikan
Herlin bersama ayah kandungnya saat menunjukkan hasil karya kerajinan wayang didepan sanggar miliknya.

DimensiNews.co.id, MADIUN – Siang itu, waktu jam dinding belum menunjukan pas pukul 12:00 Wib. Bahkan pintu pagar besi, masih tertutup rapat yakni menutup jalan menghubung rumah Herlin serta Sanggar Wayang Karya Budaya yang terletak di Jalan Imam Bonjol, Gang Jati Subur II masuk wilayah Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun, Jawa Timur.

Itulah sebuah hunian sekaligus Sanggar Wayang Karya Budaya yang dikelola oleh Herlin 35 tahun bersama ayah kandungnya yang mulai sepuh/tua. Herlin yang saat itu tengah bercocok tanam tanaman herbal, tepat membelakangi pintu pagar besi spontan menengok kearah datangnya suara permisi “selamat pagi”….

Ter;ihat tengok’an anggota tubuh bagian kepala Herlin menatap sejenak, lalu menjawab “monggo (bahasa jawa) atau mempersilakan kepada tamu yang datang dan menunggu diluar pintu pagar tersebut. Sang ayah kandung Herlin yang saat itu, tengah memoleskan cat berwarna pada ukiran wayang kertas diatas meja spontan juga menghampiri sebagai tanda penyambutan tamu yang saat itu datang di rumahnya

Herlin yang posisinya agak jauh dan masih beraktivitas sembil duduk diatas kursi roda, langsung meninggalkan area polibek berisi tanam herbal yang sedang dikembangkan itu. Kedua tangan Herlin pun segera menarik serta mendorong bagian roda, agar dirinya bisa menuju kearah teras rumah untuk membukakan pintu besi yang masih terkunci serta menutup rapat tembok pilar. “Monggo (silakan) mas, masuk,” kata Herlin sembari membuka kunci dilanjutkan menarik bagian ensel besi yang masih mengkait pintu pagar besi rumah miliknya, Minggu 6 Desember 2020.

Seusai membukaan pintu besi, Herlin pun melanjutkan menanam tanaman herbal yang masih berusia muda kedalam polibek yang sudah tersedia. Herlin sesekali melontarkan suatu jawaban, sesuai yang dipertanyakan seputar hasil kerajinan wayang kertas maupun kulit serta kesibukan barunya yaitu menjual tanaman herbal kepada masyarakat. Sedangkan ayah kandung Herlin, pada posisi fokus masih memberi pewarnaan cat pada belasan wayang kertas berbagai ukuran yang selesai dipola serta dipahat oleh Herlin.

BACA JUGA :   Kalogha Humba Coffee, Kedai Sederhana dengan Kopi Sumba Istimewa

Sanggar Wayang Karya Budaya, lokasinya memang bersebelahan dengan rumah tinggal keluarga Herlin. Didalam sanggar itu, juga terdapat ratusan stok hasil kekerajin wayang yakni wayang kulit berukuran kecil, sedang, besar maupun wayang dari bahan kertas duplex. Ternyata pandemi Covid-19, dampaknya sangat terasa pada pelaku usaha kecil seperti Herlin.

“Memang sejak pandemi Covid-19, stok wayang kulit maupun kertas masih menumpuk di sanggar kami. Ya, karena tidak bisa terjual diluar sanggar. Selain tidak ada pesanan, stok yang masih banyak ini juga sulit untuk dijual baik melalui medsos maupun toko online,” tutur Herlin sembari menggerakan kursi roda menuju area pemahatan kertas maupun kulit yang sudah dipola bergambar wayang mini.

Lalu kedua tangan Herlin mengangkat kayu jati berbentuk bundar dan berukuran sekitar 15 centimeter sebagai tatakan, pada saat dirinya memahat kertas atau kulit hewan yang sudah dipola bergambar tokoh pewayangan. Ibu satu anak yang masih duduk dibangku taman kanan-kanan/TK ini, lalu mengeluarkan ratusan lembar potongan kertas duplex yang sudah dipola bergambar wayang berukuran kecil atau mini.

Meski stoknya masih banyak di sanggar miliknya, namun Herlin bersama ayah kandungnya masih tetap berkarya yaitu memproduksi wayang berbagai ukuran. Wayang kulit sapi ukuran mini dihargai Rp10.000/biji, ukuran sedang Rp 250 ribu/biji dan ukuran besar Rp 500 ribu/biji bahkan hingga Rp1 juta/biji. Sedangkan wayang berbahan kertas duplex ukuran kecil dihargai Rp5000/biji, ukuran sedang Rp35 ribu/biji dan ukuran besar Rp75 ribu/biji.

“Kalau tidak produksi suatu waktu ada pembeli dari buka lapak online, khawatir konsumen akan kecewa karena produk yang dipilih atau disukai tidak mesti ada di sanggar kami. Kebetulan stok wayang yang masih ada di sanggar, hanya ukuran sedang dan besar. Sedangkan wayang kulit maupun dari bahan kertas yang ukuran mini, stoknya sudah minim,” ungkapnya.

Ia menjelaskan agar usaha kerajinan wayang sanggar Karya Budaya yang dikelolanya tetap eksis? Herlin membuat inovasi baru yakni bercocok tanam tanaman herbal serta tanaman hias dengan menggunakan polibek. Sejak pandemi Covid-19 itu muncul di tanah air, Herlin selalu berburu benih tanaman herbal untuk dikembangkan dirumahnya.

BACA JUGA :   Prosesi Siraman Pusaka Kabupaten Tulungagung 'Tombak Kanjeng Kyai Upas' Sakral dan Penuh Khidmat

Mengingat sejak pandemi Covid-19 muncul, usahanya mengalami penurunan order bahkan sepi pembeli baik yang datang langsung maupun lewat medsos. Begitu juga beberapa iven maupun bazar-bazar yang biasa digelar didaerahnya, sejak pandemi Covid-19 ini ditiadakan untuk menggadakan suatu kegiatan apapun.

Dengan merawat tanaman herbal berbagai jenis ini, hasil penjualannya pun mulai bisa dirasakan baik untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga maupun membeli bahan baku agar tetap bisa produksi wayang. Misalnya dari mulai membeli kertas duplex, cat warna, kuas maupun bahan kulit sapi atau kambing jika suatu waktu ada pesanan wayang. Karena sejak pandemi Covid-19, usahanya dibidang kerajinan wayang kulit maupun kertas belum pernah mendapatkan bantuan atau santunan modal dari pemerintah setempat.

“Tapi pas saya sedang kesulitan, karena tidak adanya pemasukan dari hasil karya wayang kertas maupun kulit? Alhamdulillah sekitar September 2020 lalu, saya sebagai pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) telah mendapat bantuan dari pemerintah pusat sebesar Rp2,4 juta. Lalu, dana bantuan itu, saya gunakan untuk menambah modal usaha seperti membeli bahan baku kerajinan wayang,” katanya.

Memang, diakui Herlin, sejak pandemi Covid-19, hasil kerajinan wayang kertas maupun kulit produksi serta penjulannya sangat menurun drastis. Sebelum adanya pandemi Covid-19, Herlin mengaku bisa menjual hasil karya kerajinan wayang miliknya melalui basar-bazar di sekolah-sekolah maupun ikut dalam iven-iven yang diselenggarakan di swalayan atau mall. Bahkan jika ikut dalam kegiatan seperti itu, maka hasilnya pun bisa diprediksi dalam satu hari mendapat antara Rp1,5-Rp2 juta.

Begitu juga kalau hari libur weekend, Herlin pun dapat mengantongi hasil penjualan wayang hingga Rp3,5 juta per hari. Namun disaat pandemi Covid-19, Herlin tidak bisa memastikan keuntungan dari hasil penjualan wayang baik berbahan kertas maupun kulit. Setidaknya sebelum adanya Covid-19, Herlin dibantu ayah kandungnya dalam satu hari mampu memproduksi karya seni wayang kertas maupun kulit hingga ratusan lembar. Karena saat itu kondisi perekonomian di daerah hingga nasional masih normal, selain bisa menjual dilokasi iven atau bazar-bazar juga dimedson hingga buka lapak.

BACA JUGA :   Megati Waterpark Cikarang Ikuti Uji Coba Pembukaan Wisata Dengan Protokol Kesehatan

“Tapi kini, saya tidak bisa bergerak untuk memutar wayang hasil produksi selama ini. Atau setidaknya, saya berfikir yang terpenting modal yang sudah dibelanjakan bisa kembali lagi. Meski saat ini modal sangat minim, terpenting saya bisa tetap berkarya/produksi kerajinan wayang kertas maupun kulit diatas kursi roda ini. Tujuan saya bersama ayah saya, adalah agar kesenian wayang khas jawa baik wayang kertas maupun wayang kulit ini, bisa tetap dilestarikan ditengah-tengah masyarakat,” tutur Herlin.

Menurut dia demi kesenian wayang kertas atau kulit bisa dilestarikan, maka hasil penjualan tanaman herbal yang setiap hari dirawatnya sedikit disisikan untuk modal belanja bahan baku kerajinan wayang. Selain melestarikan seni budaya peninggalan nenek moyang kita, hasil penjualan juga bisa membantu perekonomian keluarga. Pandemi Covid-19 ini, tidak membuat Herlin tetap berdiam diri dirumah saja tanpa menghasilkan apa-apa?

Tetapi justru sebaliknya. Meski saat ini masih pandemi Covid-19 bahkan dirinya hidup’ diatas kursi roda, Herlin tetap semangat berkarya dan berinovasi yang dapat menghasilkan secara ekonomi. Selain berkarya terus memahat pola gambar wayang kertas atau kulit, juga tiap pagi dan sore merawat tanaman herbal yang dikembangkan. Disaat waktu senggang, Herlin membuka layanan pembelian pulsa dan paket data internet juga order lewat medsos.

“Kalau waktunya sudah longgar, saya baru bisa membuka order online baik tanaman herbal, karya wayang kertas dan kulit serta pulsa/paket data internet. Alhamdulillah hasilnya bisa disikan untuk belanja lagi, juga membantu untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-harinya,” paparnya.*all

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.