DimensiNews.co.id BINTARO – Lintasan kereta api Bintaro yang terletak di kawasan Pondok Betung, Bintaro, Tangerang Selatan, sejak tahun 70-an sudah dikenal dengan keangkerannya. Hal ini ditandai dengan sejumlah kecelakaan maut di lokasi yang merenggut banyak korban jiwa. Termasuk dua kecelakaan besar di tahun 1987 dan 2013, yang sampai merenggut korban jiwa hingga ratusan orang.
Sekadar membalik cerita, Senin pagi, tanggal 19 Oktober 1987, kecelakaan kereta api terdahsyat dan terkelam dalam dunia perkereta apian di Tanah Air, yang dikenal dengan ‘Tragedi Bintaro’ terjadi di lintasan kereta api Bintaro. Tabrakan adu banteng yang melibatkan dua rangkaian kereta, masing-masing kereta api KA-255 jurusan Rangkas Bitung – Jakarta dan KA-220 Ekspres, jurusan Tanah Abang – Merak, terjadi di dekat Stasiun Sudimara, Bintaro, yang melengkung berpola huruf S.
Tabrakan yang dipicu kelalaian manusia tersebut, mengakibatkan sedikitnya 156 orang tewas dan 300 lainnya luka-luka. Tragedi Bintaro ini lantas menginspirasi dua penyanyi balada ternama di tanah air, Iwan Fals dan Ebiet G Ade menciptakan lagu berjudul 19 Oktober dan Masih Ada Waktu, serta sebuah film layar lebar dengan judul Tragedi Bintaro.
16 tahun kemudian, tepatnnya pada tanggal 9 Desember 2013 kira-kira jam 11.15 WIB, Tragedi Bintaro II terjadi di lintasan kereta api Bintaro. Kali ini kecelakaan melibatkan kereta api LA-1131 jurusan Serpong – Tanah Abang yang menghantam truk tangki pengangkut BBM milik Pertamina yang mengangkut 24 ribu liter BBM.
Kecelakaan yang dipicu aksi nekat sopir truk bbm yang menerobos palang pintu yang sudah mulai turun menyebabkan 7 orang tewas terbakar, dan 50 lainnya mengalami luka-luka.
Tragedi Bintaro 1 dan 2 kian mengukuhkan lintasan kereta api Bintaro sebagai lintasan kereta api maut dan penuh misteri. Apalagi di luar dua tragedi tersebut, lintasan kereta api ini juga acap memakan korban, baik warga yang hendak menyebrang maupun para pengendara sepeda motor.
Misteri Setan Budek dan Si Hitam
Di luar posisi lintasan kereta api Bintaro yang memang mematikan, lantaran melengkung berpola huruf S sehingga kereta api acap terlihat muncul secara tiba-tiba, aroma mistis pun menyembur terkait kecelakaan-kecelakaan yang terjadi di lokasi.
Ya, masyarakat mengaitkan kecelakaan tersebut dengan keberadaan Setan Budek sebagai penunggu. Setan Budek yang sering juga disebut sebagai Setan Keder, merupakan urban legend yang hingga kini masih tak jelas keberadaan serta asal-usulnya.
Konon Setan Budeg dianggap sebagai sosok pengganggu yang membuat sejumlah orang atau pengendara tak mendengar suara sirine atau suara orang sekitar yang memberi peringatan terkait kemunculan kereta.
“Cerita orang tua dulu sih gitu. Llintasan itu angker karena ada penunggunya si Setan Budek. Benar atau gak nya sih gak tahu ya. Tapi memang sering sih kecelakaan. Tapi bisa juga sih karena kelalaian,” ujar Mugni, warga sekitar yang mengaku menyaksikan kecelakaan di lintasan Bintaro.
Kisah misteri di lintasan kereta api Bintaro, juga tak bisa bisa dipisahkan dengan mitos penampakan mahkuk tak kasat mata berwarna hitam, dengan sorot mata yang tajam berwana merah, di lokasi. Ya, penampakan Si Hitam ini, demikian warga menyebutnya, konon sering menganggu pengguna jalan, khususnya pengendara motor yang melewati pelintasan maut tersebut. Akibatnya, kecelakaan pun acap menimpa mereka.
“Nah, selain Setan Budek, ada juga cerita soal sosok Si Hitam penunggu lintasan yang katanya suka tiba-tiba muncul dari balik pohon yang ada di sisi rel,” imbuh Mugni.
Terlepas dari cerita mistis dan juga mitos yang memayungi lintasan kerata api Bintaro, pasca Tragedi Bintaro 1 dan 2, serta kecelakaan-kecelakaan lainnya, langkah-langkah perbaikan dan pencegahan pun dilakukan pemerintah lewat instans terkait, agar kecelakaan-kecelakaan itu tidak terulang lagi.
“Ya banyak perbaikannya. Seperti ada fly over yang membuat mobil dan motor tidak lagi lewat pintu perlintasan,” jelas Mugni seraya menambahkan, belakangan ini kecelakaan memang nyaris tak pernah terjadi lagi di lokasi perlintasan kereta api Bintaro. (DN)