DimensiNews.co.id, JAKARTA- Musim kemarau di Indonesia diprediksi akan berlangsung pada April mendatang. Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau akan mulai terasa di Nusa Tenggara, Bali, kemudian Jawa.
“Dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 17 persen diprediksi akan mengawali musim kemarau pada April 2020, yaitu di sebagian kecil wilayah Nusa Tenggara, Bali, dan Jawa,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin kemarin (23/3/2020).
Berdasarkan persentase Zona Musim, sebanyak 64,9 persen di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi akan memasuki puncak musim kemarau pada bulan Agustus. Sementara sekira 18,7 persen di wilayah lainnya pada September dan 9,9 persen pada bulan Juli.
Menurut Dwikorita, peralihan Angin Baratan atau Monsun Asia menjadi Angin Timuran atau Monsun Australia berkaitan erat dengan datangnya musim kemarau di Indonesia.
BMKG memprediksi peralihan angin monsun akan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara pada April 2020, lalu wilayah Bali dan Jawa, kemudian sebagian wilayah Kalimantan dan Sulawesi pada Mei 2020 dan akhirnya Monsun Australia sepenuhnya dominan di wilayah Indonesia pada bulan Juni hingga Agustus 2020.
Lebih lanjut, dia mengatakan, sebanyak 38,3 persen wilayah akan memasuki musim kemarau pada Mei 2020, meliputi sebagian Bali, Jawa, Sumatera, dan sebagian Sulawesi.
Sementara itu, 27,5 persen di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua akan masuk awal musim kemarau di Juni 2020.
Jika dibandingkan terhadap rata-rata klimatologis awal musim kemarau untuk periode 1981-2010, maka awal musim kemarau 2020 di Indonesia diprakirakan mundur pada 148 ZOM (43,3 persen), normal pada 128 ZOM (37,4 persen) dan maju pada 66 ZOM (19,3 persen).
Selanjutnya, apabila dibandingkan terhadap rata-rata klimatologis akumulasi curah hujan musim kemarau pada periode 1981-2010, maka secara umum kondisi musim kemarau 2020 diprakirakan normal atau sama dengan rata-rata klimatologisnya pada 197 ZOM (57,65 persen).
Namun sejumlah 103 ZOM (30,1 persen), akan mengalami kondisi kemarau bawah normal atau lebih kering, yaitu curah hujan musim kemarau lebih rendah dari rata-rata klimatologis dan 42 ZOM (12,3 persen) akan mengalami atas normal atau lebih basah yaitu curah hujan lebih tinggi dari rata-ratanya. (red)