DimensiNews.co.id – YOGYAKARTA.
Kondisi fisik bangunan asrama Halteng di Yogyakarta kian hari kian mengenaskan. Tiang penampang pada fasade bangunan patah membuat plafon dan bagian atap seng miring.
Selain itu, meteran listrik juga rusak ringan sehingga menimbulkan arus listrik tak terkontrol dengan baik. Paranya lagi, seng mengalami kebocoran jika hujan dan mengakibatkan terjadi genangan di selasar bangunan.
Demikian hasil dari pengamatan Dimens News terhadap bangunan yang terletak di Jalan Colombo CTVI/64A, Samirono, Sleman, Yogyakarta, pada Senin (30/10).
“Padahal telah ada kunjungan dan evaluasi berkali-kali dari pemerintah daerah maupun anggota DPRD,” aku Saiful, Ketua Asrama Mahasiswa Halmahera Tengah Yogyakarta.
Mahasiswa Halteng Yogyakarta telah memberi ultimatum, bahwa jika ada kunjungan lanjutan dari DPRD Halteng nantinya, mereka akan ditolak dikarenakan telah banyak janji-janji yang diberikan.
Berdasarkan keterangan pada buku hasil kunjungan asrama Halteng Yogyakarta, total kunjungan anggota DPRD telah 2 kali dilakukan.
“Pertama pada 2014, dan kedua pada tahun 2016, untuk itu kami akan menolak kunjungan selanjutnya. Harapan kami bahwa pada tahap selanjutnya adalah eksekusi akhir, yakni renovasi asrama bukan lagi bentuk diskusi,” jelas Saiful sekali lagi.
Asrama Halteng Yogyakarta hanya menampung 17 orang dari total jumlah mahasiswa Halteng di Yogyakarta yang mencapai 200 orang. Asrama yang berdiri di atas lahan seluas 88 persegi ini memiliki 14 kamar tidur, 4 kamar mand, 2 gudang, dan 1 ruang pertemuan. Jika seluruh mahasiswa berkumpul terjadi sesak, sisanya terpaksa harus duduk di luar demikian kenang para penghuni asrama.
“Dalam kunjungan tahun 2016 kemarin, ketua DPRD Ketua Komisi II dan Ketua Komisi III telah berjanji untuk melakukan renovasi asrama, untuk anggaran bisa dimasukan pada APBD perubahan kalau tidak pada APBD tahun selanjutnya,” Saiful menuturkan ulang kata-kata para anggota DPRD sewaktu kunjungan.
“Setiap kunjungan anggota DPRD Halteng ke Yogyakarta selalu lebih dari 3 hari, namun waktu yang digunakan untuk mengunjungi asrama hanya beberapa jam saja,” kata Saiful lagi.
Percikan api dari kabel di beberpa titik di dalam bangunan asrama menimbulkan kekhawatiran bagi penghuni, sebab sewaktu-waktu bisa saja percikan itu mengenai benda yang mudah terbakar dan akan menimbulkan kebakaran.
Belum jua selesai keluhan lain datang dari sang juru kunci asrama bahwa pajak bangunan sudah 2 tahun berturut-turut tak dibayar.
“Kantor pajak mengirim tagihan pajak sejak tahun 2016, kami sudah keluhkan pada pemda, namun sampai sekarang belum ada kejelasan. Jika pemda tak mau membayar biar kami saja yang bayar, toh selama ini biaya pemeliharaan asrama, biaya listrik selalu kami yang tanggung dengan cara patungan,” tegas Saiful.
Sementara di daerah ketua Organisasi Mahasiswa Halteng Yogyakarta menagih janji para anggota DPRD berbuah nihil.
“Mereka hanya mengunjungi kami sewaktu ada momen politik,” tutup Saiful dengan nada datar. (Say)