DimensiNews.co.id, JAKARTA – Pigmentasi menjadi momok yang menakutkan bagi kaum pria maupun wanita. Pasalnya, pigmentasi merupakan masalah kulit yang di mana bercak gelap muncul di sebagian daerah kulit. Bercak gelap tersebut menyebabkan warna kulit secara keseluruhan menjadi tidak merata. Sehingga siapapun yang terkena pigmentasi, membuat percaya dirinya menurun.
Pigmen yaitu zat pewarna tubuh manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Banyak atau sedikitnya pigmen memengaruhi warna kulit seseorang. Namun, ada kalanya warna kulit berubah karena penyakit kelainan pigmen.
Macam-macam warna kulit manusia dipengaruhi oleh zat pigmen tubuh yang disebut melanin. Melanin juga turut berperan dalam memberi warna rambut dan mata. Jika melanin dalam tubuh terlalu banyak, maka warna tubuh akan semakin gelap. Begitu pula sebaliknya, jika tubuh memproduksi sedikit melanin maka warna kulit pun menjadi lebih pucat.
Menurut dokter SKINDA Medical Skin Care & Dermatology Center, dr. Sammy Yahya, Sp.KK, Pigmentasi merupakan warna pada kulit yang dipengaruhi oleh jumlah pigmen melanin yang diproduksi oleh sel penghasil pigmen (melanosit).
Pigmen tersebut kemudian bergantung pada beberapa faktor antara lain ras/genetik, paparan sinar uv, dan juga sering dikaitkan dengan hormon. Kelainan pigmentasi dapat terjadi dari lahir atau didapat, dengan jenis pigmentasi yang lebih gelap (hiperpigmentasi) maupun terang (hipopigmentasi). Namun kasus hiperpigmentasi lebih sering dijumpai, salah satunya melasma.
“Melasma merupakan salah satu masalah kulit yang sering dijumpai, berupa bercak coklat keabuan simetris pada area wajah. Kebanyakan orang memiliki masalah tersebut pada area pipi, dahi, hidung, dahi, dan diatas bibir,” kata dr. Sammy Yahya, Sp.KK, saat ditemui di SKINDA Medical Skin Care & Dermatology Center, Jl. Sultan Iskandar Muda No.9F, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (05/09/2019).
“Melasma lebih sering terjadi pada wanita. Setiap ras manusia dapat terkena melasma, namun melasma lebih sering terjadi pada individu dengan tipe kulit yang lebih gelap. Melasma jarang terjadi pada usia pubertas, namun umum terjadi pada usia reproduksi berkisar antara usia 20-30 tahun,” imbuh dr. Sammy.
Lebih jauh, dr. Sammy juga mejelaskan, bahwa melasma terjadi karena beberapa faktor, diantaranya; faktor genetik, sinar uv, kehamilan, terapi hormonal, obat-obatan, dan kosmetik. Bahkan, penyakit tiroid juga dikaitkan dengan masalah kulit melasma.
Adapun terapi dalam penanganan melasma, dr. Sammy melanjutkan, yaitu dengan kombinasi obat topikal, oral, dan prosedur penggunaan obat topikal/oles yang tepat, serta menghindari paparan sinar matahari yang berlebihan merupakan lini pertama pengobatan melasma. (dng)