KOTA MALANG – Kreasi unik produk pakaian dan fashion sulam tangan karya perempuan di Kota Malang ini ternyata berhasil menembus pasar Eropa.
Sedangkan, beberapa pakaian sulam tangan ini dikirimkan ke Eropa sesaat sebelum pandemi Covid-19.
Pemilik kerajinan fashion sulam tangan, Nurul Hidayati menuturkan, dua negara yang rutin meminta kiriman produknya, yakni Spanyol dan Jerman.
Sebenarnya, kedua negara tersebut justru baru menjadi sasaran ekspor sesaat sebelum pandemi Covid-19.
Namun, meski masa pandemi seperti ini ternyata pesanan ekspor tidak terlalu menurun drastis. Hal ini yang membuat dia dan para pekerjanya bisa bertahan dari dampak pandemi Covid-19.
“Kalau yang ekspor ke Jerman dan Spanyol ini kebanyakan baju-baju daily untuk spring dan summer,” kata perempuan berusia 42 tahun ini, Sabtu (26/6/2021).
Tak heran bila ia mampu memberdayakan sejumlah anak muda dan para ibu di sekitar tempat tinggalnya. Mereka diberdayakan untuk membuat kerajinan fashion sulam tangan aneka ragam, mulai dari pakaian, mukena, hingga hijab.
Dan aat ini, ada sekitar 100 ibu yang diberdayakan membantu proses pengerjaan sulam tangan merek Almira Fashion.
Mereka diberdayakan, mulai dari menentukan desain produk hingga memilih bahan, dan proses menjahit sesuai desain yang ditetapkan.
“Prosesnya sendiri memerlukan waktu yang bervariasi. Paling memakan waktu memang saat sulam tangan. Untuk motif yang sederhana bisa dalam 2-3 hari selesai. Tetapi motif rumit biasanya bisa memakan waktu hingga sepekan lebih,” paparnya.
Satu produknya, disebutkan Nurul, dijual bervariasi mulai dari Rp 85 ribu hingga Rp1,25 juta. Harga ini dibanderol sesuai dengan model desain, motif sulam tangan, serta tingkat kesulitan pembuatan produk. Semakin rumit dan sulit motif dan desain yang diinginkan maka harganya juga semakin mahal.
“Produknya kita banderol bervariasi, yang paling murah itu Rp 85 ribu hingga Rp1,25 juta. Tergantung model, motif sulam tangan, dan kesulitan pembuatannya. Kalau makin sulit motif dan desain, harganya tambah mahal,” urainya.
Nurul menyebut bahwa hampir semua produk yang ia buat diminati masyarakat. Hanya saja, untuk segmentasi pasar, Nurul menyebut bahwa dirinya memang menyasar pada perempuan usia 30 tahun ke atas. Hal itu lantaran kebanyakan wanita di usia tersebut tidak terlalu memusingkan masalah style dan gaya berpakaian.
“Kalau untuk cara pemasaran sendiri kami memanfaatkan semua platform media sosial saat ini,” ucap perempuan, yang juga dosen di Universitas Muhammadiyah Malang ini.
Dia mengakui bahwa bisnisnya memang sempat sedikit menurun pada awal masa pandemi Covid-19. Namun, seiring waktu permintaan terus bertambah dan makin banyak menjelang Lebaran sampai pada saat ini.
“Jika dibandingkan Lebaran tahun lalu, kondisi saat ini masih jauh lebih baik. Tahun ini, dan sampai bulan ini, produk fashion sulam tangan masih cukup banyak menerima pesanan. Paling tidak proses produksi masih tetap bisa berjalan walaupun tidak terlalu signifikan,” tuturnya.